Camelia
Lagi-lagi, ini berbicara tentang setangkai Camelia dengan keraguannya yang terus berulang. Sudah dihempas, disingkirkannya ke sabana di bagian terluar pulau singgasana, masih pula kembali, sebut saja badai. Hai, aku Camelia, dengan beragam kelopak aku mampu berdiri tegak. Aku kuat, sekuat tebing kapur yang hanya terkikis saja ketika diterpa angin malam. Jangan dengarkan dia yang berusaha menceritakan kisahku, biarkan aku langsung menjadi penutur ceritaku sendiri. Aku tangguh, setangguh pantai yang terus ada meski diterjang ombak tanpa jeda. Ku biarkan laut menatapku iri karena selalu menjadi tujuan akhir sang gelombang, dasar! Dia tidak tahu saja bagaimana rasanya seakan-akan menjadi peristirahatan padahal hanya sekadar persinggahan. Aku berani, tak ku halangi setiap serangga yang menghampiri. Entah hanya menoleh, menyapa, berusaha memangkas jarak hingga berhasil menghilangkannya. Sialnya, lagi-lagi ini hanya tuturan Si Camelia. Bunga yang tumbuh tepat di belakang rum...