Kota Ragu

#street #city #sunset #aesthetic #streetaesthetic #moodboard

Pilar-pilar gedung putihku tak juga runtuh
Mereka menjelma asing silih berganti ingin mengisi yang belum penuh

Di pinggiran jalan pertokoan tak utuh
Lalu-lalang yang mencoba bercakap meski kesudahannya pilu

Aku, dan penjaga kota ramai-heningku
Masih bersedekap bertanya perihal ragu

Manusia pemilik ‘hadir’ berkunjung bersama mawar-merah di balik jaket biru
Aku, tak pernah halnya menutup pintu
Diksi ini apa memaksaku untuk berbicara perihal kamu?
Yang bahkan hingar-bingarnya belum menyentuh Kota Raguku?

Aku, dan dinding-dinding pencakar langit itu
Berjuang menggapai sirus tapi takut jatuh

Kota ini bukan tentang mencari arsitek termasyhur
Atau pencipta debar-degup lampu lintas ter-merdu
Pondasiku tak berburu jendela ungu atau abu
Peristirahatan kota butuh tamu yang mampu berbagi alunan hangat, 
lalu pecahkan beranda luruh

Kotaku, lama tak berpenghuni
Intonasi remang-remang hilir-mudik kendaraan berkarya rindu

Aku, masih bersembunyi di balik tirai cahaya berteman ragu
Bersama senyap jembatan di sela aliran harap, 
kotaku terus menguatkan tiang-tiang yang takut rapuh

Kotaku yang ragu,
Aku samaran kotaku,

Temu pengunjung kota di penghujung waktu
Entah listrik kotaku padam lagi, 
atau bercakap hingga kembali percaya tanpa buru-buru

Kotaku samaran aku,

-R.an-

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Camelia

Jeda

Terbit Rela